Tips Investasi 2 : Gaya hidup sederhana

tips investasi
Gambar dari Google
Postingan kali ini merupakan rangkaian berseri kelanjutan dari posting sebelumnya yang membahas tema seputar tips investasi. Gaya hidup sederhana merupakan salah satu jalan pintas untuk tercapainya cita-cita berinvestasi, karena akan bermuara pada cashflow positif atas setiap keluarga yang menjalankannya. Tentu standar sederhana untuk setiap keluarga berbeda-beda. Kesederhanaan sebuah keluarga dengan penghasilan 100 juta tentu berbeda dengan kesederhanaan keluarga dengan penghasilan 10 juta, tentu berbeda juga dengan kesederhanaan keluarga dengan penghasilan 5 juta dst dst.

Termasuk dalam Gaya hidup sederhana adalah hal-hal seperti disebutkan sbb :
  1. Berorientasi kepada fungsi & kenyamanan atas sebuah product yang digunakan. Tidak masalah kalau secara teknologi dianggap kurang update, jadul atau kurang mengikuti trend.
  2. Mempertahankan gaya hidup meskipun pendapatannya meningkat. 
  3. Membeli sesuatu atas dasar kebutuhan, bukan atas dasar keinginan.
Dalam Islam Rasullah SAW adalah contoh pribadi mengagumkan dalam hal kesuksesan berniaga & berinvestasi serta kesederhanaan dalam hidup. 9 dari 10 sahabat Beliau yang dijamin masuk surga adalah pengusaha & investor handal dengan kesederhaan hidup tiada bandingnya. Sebagai seorang muslim kita tidak dilarang mengambil pelajaran dari  kesuksesan berinvestasinya Warren Buffett atau Lo Kheng Hong sang miliarder saham Indonesia, tetapi perlu diingat bahwa ada sosok teladan sukses berinvestasi tiada bandingnya  yaitu Rasulullah & Sahabat. Satu contoh saja misalnya sahabat Utsman bin affan yang pernah berinvestasi secara wakaf pada komoditi air untuk masyarakat madinah.

Cerita bermula ketika Madinah dilanda kekeringan pada rentang yang panjang sehingga berdampak pada surutnya sumber-sumber mata air. Satu-satunya sumber air yang tersisa adalah sebuah sumur milik seorang Yahudi yaitu Sumur Raumah. Untuk memenuhi kebutuhan air, umat Islam Madinah berduyun-duyun mengantri membeli air dari sumur tersebut. Melihat kondisi umat yang memprihatinkan itu, Rasulullah bersabda:

Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala” (HR. Muslim).

Sahabat Utsman bin Affan bersegera menyambut seruan Nabi dengan mendatangi Yahudi pemilik sumur. Ia bermaksud membeli sumur tersebut dengan harga yang tinggi, namun Yahudi menolaknya. Setelah negosiasi panjang, akhirnya Yahudi bersepakat untuk menerima tawaran Sahabat Utsman dengan kepemilikan sumur secara bergantian. Sehari milik Sahabat Utsman dan keesokan harinya menjadi milik Yahudi, demikian seterusnya kepemilikan berganti setiap harinya.

Setelah akad dilakukan, Utsman segera mengumumkan kepada penduduk Madinah bahwa sumur Raumah dapat dikonsumsi secara gratis. Masyarakat Madinah pun berbondong-bondong menikmati air bersih tersebut dan menyimpan air untuk kebutuhan esok harinya. Hal ini menyebabkan keesokan harinya sumur Yahudi sepi pembeli karena masyarakat masih memiliki persediaan air. Akhirnya, si Yahudi menjual penuh kepemilikan sumur tersebut kepada Utsman seharga 20.000 dirham. Per hari ini, 29 Januari 2020 per 1 Dirham setara dengan Rp. 62,725. Jadi harga sumur tersebut dalam setara dengan Rp. 1,254,500,000,- . Satu seperempat miliar lebih. Kebayang kan betapa kaya & dermawannya seorang Utsman bin Affan.

Sejak saat itu, Sahabat Utsman mewakafkan sumur Raumah untuk kebutuhan kaum muslimin khususnya dan masyarakat Madinah pada umumnya. Selanjutnya ia berkembang menjadi sumber mata air di lahan sekitarnya hingga ditanam kebun kurma dan terus bertambah. Kebun tersebut dikelola dari generasi ke generasi, dari para khalifah sampai pemerintah Arab Saudi dibawah Kementerian Pertanian.

Hasil dari kebun kurma tersebut oleh pemerintah Arab Saudi diperdagangkan. Setengah keuntungan disalurkan kepada anak yatim dan yang membutuhkan. Setengahnya lagi disimpan dalam bentuk rekening di bank atas nama Utsman bin Affan yang dipegang oleh Kementerian Wakaf. Dana pada rekening Sahabat Utsman yang terus membengkak kemudian digunakan untuk membangun hotel bintang lima dengan nama Hotel Utsman Bin Affan. Hotel tersebut dikelola oleh Sheraton dan salah satu hotel bertaraf internasional dengan 15 lantai dan 24 kamar disetiap lantainya. Hotel Utsman dilengkapi dengan restoran besar dan tempat belanja serta dekat dengan Masjid Utsman bin Affan yang juga masih aktif digunakan.

Cerita investasi wakaf produktif Sahabat Utsman berupa sumur dan bertahan hingga saat ini sejak lebih dari 1,400 tahun lalu merupakan cerita investasi inspiratif yang layak untuk diteladani calon-calon investor sukses masa depan. Tentunya dengan menjalankan salah satu tips investasi yang mencerminkan kesederhanaan dalam menjalani kehidupan.
Back To Top