|
Gambar dari pixabay.com |
Dalam Islam, berhutang itu diperbolehkan tetapi ia akan menghalangi pelakunya masuk syurga sekalipun seorang syuhada sampai hutangnya dilunasi. Menemukan
cara untuk melunasi utang dengan cepat secara yang halal & legal, merupakan harapan setiap orang yang sedang terlilit hutang. Meski bukan merupakan pilihan menarik, sering kali berhutang menjadi solusi yang terpaksa harus kita lakukan untuk mengatasi permasalahan keuangan yang sedang kita hadapi. Ya, sering kali berhutang dianggap sebagai sebuah solusi jangka pendek yang seksi, tetapi tidak sedikit yang pada akhirnya menyesal karena masalah yang muncul belakangan spt terlilit terlampau dalam dalam praktek rente yang kejam & tidak berperikemanusiaan. Banyak yang bahkan harus rela kehilangan aset-aset berharga seperti rumah, tanah, kendaraan dll yang harus disita lantaran problem tunggakan pembayaran angsuran. Untuk itu perlu difikirkan secara mendalam sebelum mengambil keputusan untuk berhutang. Salah satu
cara melunasi hutang dengan cepat, efektif & preventif sehingga mampu mencegahnya dari berhutang lagi dikemudian hari adalah dengan melakukan diagnosa untuk mengetahui penyebab timbulnya permasalahan keuangan & berujung berhutang yang biasanya disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
- Abai dari melazimkan membaca do'a agar terhindar dari malas & lemah, juga do'a agar terhindar dari kefakiran & kekafiran, juga do'a agar terhindar dari berhutang, juga do'a agar menjadi pribadi merdeka dalam bersikap sebagaimana Rasulullah SAW telah ajarkan. Haditsnya ma'tsur lho. Solusi untuk masalah ini adalah dengan membiasakan diri dengan membaca membaca do'a-do'a tersebut pada pagi & petang setiap harinya.
- Minimnya Penghasilan, sebenarnya kurang pas dengan penyebutan penghasilan minim, karena pada dasarnya Allah yang maha luas rizkinya sudah pasti akan mencukupkan rizki setiap hamba berapapun penghasilan yang diterimanya. Besar kecil penghasilan relatif untuk setiap orang. Tetapi manakala dirasa bahwa penghasilannya minim maka solusi untuk permasalahan ini adalah meningkatkan penghasilan, baik melalui kerja sampingan diluar jam kantor (untuk karyawan) atau melakukan evaluasi total terhadap unit bisnisnya yang stagnan sehingga berdampak pada minimnya penghasilan kemudian mencari solusi bagaimana mengatasinya (untuk wirausahawan). Bersamaan dengan itu lakukan juga upgrade skill, wawasan & pengalaman, yang dengannya akan membuka pintu-pintu rizki baru yang sebelumnya bisa jadi tidak terfikirkan. Juga yang tidak kalah pentingnya adalah membiasakan pola hidup minimalis, memangkas pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu sehingga pada akhirnya berapapun penghasilan yang diterima tetap mampu menyisakan dana untuk disimpan, mampu menghasilkan cashflow keuangan yang positif.
- Manajemen keuangan yang buruk, betapa banyak contoh disekitar kita, seseorang atau sebuah keluarga dengan penghasilan besar menurut rata-rata orang tetapi berkhir dengan kepailitan karena terlilit hutang dan tidak tahu cara melunasi hutang dengan cepat akibat manajemen keuangan keluarga yang buruk, serta tidak melakukan perencanaan yang baik & berorientasi masa depan terkait dengan penghasilan yang rutin diterimanya. Maka, salah satu cara agar kita terhindar dari hal tersebut adalah dengan sesegera mungkin membuat pos-pos untuk pengalokasian dana sesaat setelah gaji diterima spt : pos untuk zakat, infaq & shodaqoh, pos untuk tabungan dan atau investasi, pos untuk listrik, air dan transportasi, pos untuk biaya pendidikan anak, pos untuk kebutuhan sehari-hari, pos dana darurat dan lain-lain. Pastikan pos untuk zakat, infaq & shodaqoh serta tabungan dan atau investasi dianggarkan diawal sehingga ia bisa menjadi sebuah habit, rutinitas yang terealisasi bukan sekedar ilusi sehingga keberkahan hidup senantiasa menyertai kita dan keluarga setiap saat.
|
Gambar dari pixabay.com |
- Kurang fokus pada skala prioritas dalam pemenuhan kebutuhan, seringkali kita merasa harus segera membeli ini itu karena merasa hal tersebut merupakan kebutuhan yang urgent untuk segera dipenuhi misalnya rumah. Tidak salah juga ketika berfikir untuk sesegera mungkin memiliki rumah tetapi perlu secara jujur menilai kemampuan keuangan kita, apakah sudah siap dengan DP yang cukup layak sehingga angsuran bulanan yg tercipta dari transaksi pembelian kredit rumah tersebut cukup realistis dengan penghasilan bulanan kita. Apabila dirasa kita belum memiliki DP cukup untuk angsuran bulanan yang diharapkan, alangkah lebih bijak apabila kita membuat prioritas mengumpulkan DP dulu, meskipun cukup banyak tawaran kredit rumah tanpa DP atau DP 0%, karena ada konsekuensi angsuran bulanan yang pasti lebih besar dan menjadi beban jangka panjang.
- Besar pasak daripada tiang, banyak generasi muda bahkan para orang tua, mama-mama muda milenial yang terjebak gaya hidup wah, hedon, glamour & perlente dengan pakaian branded dari atas kepala sampai bawah telapak kaki, gadget & kendaraan yang selalu upadate dll. Tidak salah juga selama penghasilannya melebihi ongkos yang harus dibayarkan untuk gaya hidupnya tersebut. Kalau tidak maka akan berpotensi pailit dan hidup nestapa tidak bertepi akibat terlilit hutang & tidak tahu cara melunasi hutang, tidak tahu cara melunasi hutang banknya, lantaran asset-asset yang sebelumnya dimiliki tidak bisa diproduktifkan untuk membantu mengurangi beban cicilan, karena satu persatu telah diuangkan untuk membeli gaya hidupnya, Makanya perlu secara dini para orang tua memberi teladan tentang bagaimana bisa tetap berbahagia dengan gaya hidup sederhana, berbahagia dengan gaya hidup minimalis dan memastikan tidak membeli sesuatu kecuali benar-benar dibutuhkan sehingga tidak terjebak dalam gaya hidup boros tanpa menghalangi kreatifitas anak-anaknya untuk mengaktualisasi diri.
|
Gambar dari pixabay.com |
- Kesalahan dalam berinvestasi, ada cukup banyak orang yang dalam proses belajar berinvestasi, melakukan kesalahan yang cukup fatal karena tergiur dengan imbal hasil yang ditawarkan tanpa resiko atau dengan resiko minimal (biasanya ini investasi bodong), sehingga tergoda untuk mengalokasikan dana dengan prosentase cukup besar hasil menabung selama bertahun-tahun. Atau terlalu pede sehingga memulai berinvestasi pada instrument bertipe hight risk - hight return. Dan sedang apes sehingga dana yang diinvestasikan melayang tanpa benang. Anggap uang yang hilang sebagai ongkos belajar. Untuk kasus ini biasanya orang akan lebih mudah bangkit, kalaupun harus berhutang ia sudah mempunyai strategis jelas bagaimana melunasi hutangnya, mengingat ia sudah memiliki pola hidup sedemikian sehingga punya tabungan yg cukup banyak untuk diinvestasikan. Sehingga pada saatnya tabungan kembali terkumpul, akan lebih berhati-hati lagi dalam berinvestasi & memastikan tidak akan melakukannya kecuali pada platform yang dipastikan aman.